background img

The New Stuff

Contoh Proposal Kualitatif



KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim(i)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Allah SWT. atas segala anugerah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian kualitatif ini.
“Penggunaan Media Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Almanar”. Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran di MIS. Sebagaimana dituntut bahwa guru harus memiliki sumber daya untuk mengolah dan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar dapat efektif dan efisien sehingga mutu proses dan output pendidikan itu dapat meningkat.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. H. Syaukani, M.Ed.Adm selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif, Bapak Edi suhendri, S.Sos.I selaku kepala MIS Almanar, Keluarga besar MIS Almanar, serta teman-teman kelompok Praktik Pengajaran Langsung di MIS Almanar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kirtik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Medan, 08 Desember 2015


                                                                                                            Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikannya, dan majunya pendidikan ditentukan oleh manusianya. Oleh karena itu, pendidikan butuh pembelajaran yang efektif dan efesien. Dalam format rencana pembelajaran, ada disebutkan di sana tentang media pembelajaran yang digunakan. Jadi, sudah seharusnya seorang guru menyiapkan media pembelajaran guna menunjang kinerja guru dalam mengajar dan membantu siswa untuk lebih memahami pelajaran.
Menurut Gagne’ dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.[1]
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audion, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.[2]
Jadi, media pembelajaran merupakan alat atau bahan yang dapat digunakan guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan.
Sebagaimana yang kita tahu, secara garis besar jenis-jenis media pembelajaran ada 4 jenis yaitu; Media Audio, Media Visual, Media Audio-visual dan Media Multimedia.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, diantaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi guru sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media yang tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Sesuai dengan pengalaman ketika saya akan melaksanakan ujian PPL, saya sangat membutuhkan busur untuk memenuhi kebutuhan saya dalam mengajar. Hanya saja, belum terdapat busur di sana. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena media merupakan alat yang dapat membantu proses terjadinya kegiatan belajar dan mengajar. Untuk itu, saya lebih menetapkan titik fokus pada penggunaan media pembelajaran di MIS Almanar.


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalahnya adalah Kurang terpenuhinya media sebagai kebutuhan untuk mengajar.

C.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
a)    Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media audio?
b)   Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media visual?
c)    Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media audio-visual?
d)   Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media multimedia?

D.    Tujuan Penelitian
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
a)    Penggunaan media pembelajaran jenis media audio.
b)    Penggunaan media pembelajaran jenis media visual.
c)    Penggunaan media pembelajaran jenis media audio-visual.
d)   Penggunaan media pembelajaran jenis media multimedia.

E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Guru
Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsi cara kerja guru dalam menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Manfaat penelitian ini untuk guru adalah agar guru mampu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan fungsi media tersebut, agar terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan penelitian ini juga besar harapan saya agar guru tidak banyak membuang waktu yang lama untuk berceramah.
2.      Untuk Siswa
Manfaat bagi siswa, penelitian ini agar siswa mampu memahami tiap materi yang diajar dan lebih memahami lagi ketika dijelaskan dengan bantuan media pembelajaran. Selai itu manfaat lain agar siswa termotivasi dengan media yang ada.
3.      Untuk Mahasiswa atau peneliti
Sebagai calon guru, peneliti bisa mengklasifikasi dan membedakan penggunaan media pembelajara sesuai dengan jenis media tersebut. Peneliti lebih banyak lagi mengetahui dan menambah wawasan tentang kehidupan seorang guru ketika dihadapkan dengan paradigma-paradgima pendidikan yang baru. Agar ketika menjadi seorang guru, bisa menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Deskprisi Teoritis
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[3]
Menurut Gagne’ dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.[4]
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audion, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.[5]
Jadi, media pembelajaran merupakan alat atau bahan yang dapat digunakan guru untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan.
Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware) seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu.
2.      Penggunaan Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat-sangat membantu siswa dalam memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan. Peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran yang sangat berguna bagi peserta didik dalam menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab berbagai macam, baik dalam pendidikan, di keluarga dan di masyarakat.
Penggunaan media pembelajaran, menyajikan sesuatu yang sulit diadakan di ruangan kelas, dikunjungi atau dilihat, baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti sistem tatasurya, terlalu kecil seperti virus.
Seperti yang telah dijelaskan di bagian latar belakang, bahwa secara garis besar media pembelajaran terdiri dari 4 jenis yaitu :
a.       Media Audio
Media audio yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan audio, dan lain-lain. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
b.      Media Visual
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti gambar strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar, atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
c.       Media Audio-Visual
Media audio-visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara, dan audio-visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video casette.
Pembagian lain dari media ini adalah audio-visual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film, video casette, dan audio-visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides projector dan unsur suaranya berasal dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.[6]
d.      Media Multimedia
Media multimedia merupakan penggunaan media yang lebih kompleks dan merupakan media yang tersusun atas proses integrasi dari media audio, visual, maupun audio-visual yang penggunaannya lebih cenderung menggunakan teknologi yang sudah maju seperti televisi, komputer, dan bahkan internet.
Informasi yang disajikan melalui multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat pada layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui overhead projector dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video atau animasi). Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Informasiakan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indra, terutama telinga dan mata digunakan untuk menyerap informasi itu.[7]


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah penelitian fenomenologis. Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani “Phainesthai” yang berarti menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosforyang artinya sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menmpakkan. Pendekatan fenomenologi merupkan salah satu rumpun yang berada dalam rumpun penelitian kualitatif. Fenomenologi diambil dari kata fenomena yang berarti sesuatu yang kita alami dengan panca indra kita dan terbuka bagi penelitian ilmiah dan rasional.[8]
Peneliti menggunakan metode ini karena peneliti ingin mempelajari penggunaan media pembelajaran di MIS Almanar, dengan alasan belum adanya pemenuhan media pembelajaran. Oeh karenanya, dengan mengemukakan pentingnya penggunaan media pembelajaran akan memberi masukan kepada sekolah untuk lebih melengkapi media pembelajaran di kelas seperti penggaris, busur, dan lain-lain.
B.     Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada tanggal 04 Januari 2016 di Yayasan Ustadz Ngatman Azis Al-Manar.

C.    Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa MIS Almanar. Sesuai dengan penjelasan awal, bahwa guru harus memiliki kreatifitas untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran yang relevan. Alasan subjek penelitian yang pertama adalah guru karena, dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun 2007 tanggal 04 mei 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa salah satu standar kompetensi guru MI yaitu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.[9] Peran guru di sini sangatlah penting, bagaimana cara seorang guru menjelaskan materi ajar dengan bantuan media pembelajaran sehingga mampu memanfaatkan media itu dengan efektif dan efesien yang dapat membuat siswa memahami materi yang diajarkan.
Alasan memilih siswa sebagai subjek penelitian yang kedua di sini adalah, karena siswa merupakan setiap orangyang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.[10]
Selain kedua subjek pokok di atas, penelti juga melihat data-data sekunder atau pendukung yaitu media pembelajaran yang ada di MIS Almanar. Apakah media-media pembelajaran yang ada sudah mendukung akan keberhasilan pendidikan sekolah.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data kualitatif menurut Lincoln dan Guba (1985) menggunakan wawancara, observasi, dan dokumen (catatan atau arsip).
1.      Observasi Berperan Serta
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi berperanserta ditunjukkan untuk mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting tertentu, yang merupakan perhatian esensial dalam penelitian kualitatif.
Pengamat (observer) dalam berlangsungnya observasi dapat berperan sebagai pengamat yang hanya semata-mata mengamati dengan tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan subyek. Spradley (1972: 39-42) menjelaskan tiga unsur utama dalam situasi sosial yang perlu dikaji, yaitu:
a.       Tempat atau kondisi fisik (lokasi-lokasi), misalnya sekolah atau suatu lokasi dengan sebuah sekolah.
b.      Aktor yang terlibat dalam situasi sosial bersangkutan, misalnya guru-guru, mahasiswa-mahasiswa, petugas administrasi dan sebagainya.
c.        Aktivitas yang terjadi dalam situasi sosial tersebut.
2.      Wawancara
Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (1982) wawancara ialah percakapan yang bertujuan, biasanya antara dua orang (tetapi kadang-kadang lebih) yang diarahkan oleh salah seorang dengan maksud memperoleh keterangan.
Selain menggunakan teknik observasi berperan serta dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih dimana pertanyaan diajukan oleh seseorang yang berperan sebagai pewawancara.
3.      Dokumentasi
a.       Dokumen Pribadi
Dokumen pibadi merupakan narasi pribadi yang menceritakan perbuatan dan pengalaman serta keyakinan sendiri. Dokumen semacam ini, dapat dikelompokkan yaitu: catatan harian, log, surat menyurat, autobiografi, dan lain-lain.
b.      Dokumen resmi
Dokumen resmi misalnya memo, catatan sidang, korespondensi, dokumen kebijakan, proposal, tata tertib, arsip, dan seterusnya.
c.       Foto
Foto yang digunakan dalam dalam penelitian kualitatif dapat foto dibuat sendiri atau orang lain. Foto dibuat orang lain, biasanya dalam bentuk album pribadi atau instansi yang disimpan sebagai arsip mengenai suatu kegiatan. Foto dapat memberikan gambara umum tentang setting dan posisi orang dalam suatu setting yang dapat memberikan informasi faktual serta dapat digunakan bersama informasi lainnya.[11]
E.     Pengembangan Alat Pengumpulan Data
1.      Menyusun Kisi- Kisi
No
Rumusan Masalah
Variabel
Indikator
Rumusan Pertanyaan
1.
Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media audio?
Bentuk penggunaan media pembelajaran jenis audio
1.     Penggunaan oleh guru
2.      Pemahaman siswa
1.      Bagaimana penggunaan media audio oleh guru?
2.      Bagaimana pemahaman siswa melalui media pembelajaran jenis media audio?
2.
Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media visual?
Bentuk penggunaan media pembelajaran jenis visual
1.      Penggunaan oleh guru
2.      Pemahaman siswa
1.      Bagaimana penggunaan media visual oleh guru?
2.      Bagaimana pemahaman siswa melalui media pembelajaran jenis media visual?
3.
Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media audio-visual?
Bentuk penggunaan media pembelajaran jenis audio-visual
1.      Penggunaan oleh guru
2.      
Pemahaman siswa
1.      Bagaimana pemanfaatan media audio-visual oleh guru?
2.      Bagaimana pemahaman siswa melalui media pembelajaran jenis media audio-visual?
4.
Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran jenis media multimedia?
Bentuk penggunaan media pembelajaran jenis multimedia
1.       Penggunaan oleh guru
2.        Pemahaman siswa
1.      Bagaimana penggunaan media multimedia oleh guru?
2.      Bagaimana pemahaman siswa melalui media pembelajaran jenis media multimedia?

2.      Merumuskan pertanyaan penelitian
Pertanyaan-pertanyaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan data dari narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber seputar :
a.       Bagaimana penggunaan media audio oleh guru?
b.      Bagaimana penggunaan siswa melalui media pembelajaran jenis media audio?
c.       Bagaimana penggunaan media visual oleh guru?
d.      Bagaimana penggunaan siswa melalui media pembelajaran jenis media visual?
e.       Bagaimana penggunaan media audio-visual oleh guru?
f.       Bagaimana penggunaan siswa melalui media pembelajaran jenis media audio-visual?
g.      Bagaimana penggunaan media multimedia oleh guru?
h.      Bagaimana penggunaan siswa melalui media pembelajaran jenis media multimedia?
4.      Uji alat pengumpulan data
a.       Melalui pertimbangan pakar
b.      Melalui Uji Coba
c.       Teknik Analisis Data
F.     Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif  terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya  :
1.      Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2.      Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3.      Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.
4.      Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5.      Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
G.    Teknik Keabsahan Data
Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin (2003) mengajukan emmpat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :
1.      Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (Sulistiany,1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :
a.       Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b.      Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
c.       Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d.      Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan.
2.      Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
3.      Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
4.      Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.[12]


DAFTAR PUSTAKA

Amini. 2015. Profesi Keguruan. Medan: Perdana Publishing.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Gagu, Robertus T. 2013. Pemanfaatan Media Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Penelitian Deskriptif Kualitatif Di Sd Negeri 71 Kota Bengkulu). Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ciptapustaka Media.


[1] Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. h. 4.
[2] Ibid. h. 4.
[3] Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. h. 3.
[4] Ibid. h. 4.                                                                                                                                  
[5] Ibid. h. 4.
[6] Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. h. 212.
[7] Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. h. 162-163.
[8] Deddy Mulyana. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 19.
[9] Amini. 2015. Profesi Keguruan. Medan: Perdana Publishing. h. 239.
[10] Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. h. 51.
[11] Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ciptapustaka Media. h. 114-127.
[12] Robertus T. Gagu. 2013. Pemanfaatan Media Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Penelitian Deskriptif Kualitatif Di Sd Negeri 71 Kota Bengkulu). Bengkulu: Universitas Bengkulu.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts