background img

The New Stuff

Motivasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kemauan belajar ada anak tidak dapat tumbuh begitu saja, akan tetapi selalu diberi rangsangan yang mengakibatkan anak tersebut mau melakukannya. Hasilnya selalu tampak bahwa ada orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya sampai batas kemampuan yang ia miliki, di saat yang sama ada juga anak yang tidak ingin ke sekolah.
Banyak kasus yang kita hadapi dalam masyarakat, bagaimana prilaku orang tua, guru, dan lingkungan terhadap anak sebagai sebuah bagian dari kegiatan pendidikan. Ada anak yang ingin bersekolah di sekolah A, ternyata orang tua tidak mengizinkan dengan dalih biaya mahal, lokasi sekolah yang jauh, dan lain-lain. Hingga akhirnya seorang anak harus menuruti kehendak dari kedua orang tuanya. Lantas, apakah dengan situasi yang demikian, motivasi seorang anak harus menurun? Sebenarnya apa yang dimaksud dengan motivasi?
Belajar adalah proses perubaha dimana seorang siswa atau siapapun yang mengalami proses belajar tersebut akan memiliki perubahan kognitif, afektif, dan psikomorik yang jauh lebih baik. Namun, dalam kenyataannya proses belajar tidak semuanya berlangsung dengan aman dan tentram. Ada beberapa hambatan, rintangan dan lain-lain yang biasa disebut dengan kesulitan belajar. Lantas, apa sebenarnya kesulitan belajar itu?
Motivasi sangat erat kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Dimana, tujuan akhir belajar adalah salah satu dari bentuk motivasi, yaitu memiliki tujuan. Bagaimanakah bentuk hubungan atau peran motivasi dalam proses belajar?

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2.      Apa sajakah perspektif motivasi?
3.      Apa saja jenis-jenis motivasi?
4.      Bagaimana cara memotivasi orang lain?
5.      Apa pengertian belajar dan kesulitan belajar?
6.      Apa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar?
7.      Bagaimana usaha untuk menyesaikan masalah kesulitan belajar?
8.      Apa peran motivasi dalam belajar?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Motivasi
1.      Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[1] Benjamin menyebutkan bahwa, motivation pertains to why behavior occurs. Tho important features of motivation are that it energizes and directs behavior. Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama. Kemudian, Purwanto berpendapat tentang motivasi yang lebih fungsional lagi adalah menegaskan. Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.[2]
Sebagai contoh, mengapa Terry Fox menyelesaikan larinya? Ketika Terry Fox masuk rumah sakit karena kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia melakukan sesuatu untuk mendanai riset kanker. Jadi, motivasi dari tindakannya berlari itu adalah untuk memberi tujuan bagi hidupnya dengan membantu orang lain yang mengidap kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan), dan gigih (bertahan lama). Selama berlari melintasi kanada, dia menjumpai banyak rintangan seperti angin kencang, hujan lebat, salju, dan jalan es. Karena kondisi ini, dia rata-rata hanya menempuh 8 mil selama bulan pertama, jauh dari yang direncanakannya. Tetapi dia terus bertahan dan mempercepat langkahnya pada bulan kedua sampai dia kembali ke jalur tujuannya. Tindaknnya merupakan contoh tentang bagaimana motinasi dapat membantu kita bertahan dan mencapai sesuatu. Kisah Terry Fox digambarkan dalam film ‘The power of Purpose’. Seorang guru grade enam memperlihatkan film itu kepada anak didiknya dan meminta muridnya untuk menulis apa yang mereka pelajari dari film tersebut. Seorang murid menulis, “saya mempelajari bahwa jika sesuatu buruk terjadi pada Anda, Anda harus terus maju dan mencoba. Bahkan jika tubuh Anda sakit, semangat Anda tidak boleh lenyap.”
Seperti contoh di atas, motivasi murid dikelas berkaitan dengan alasan dibalik prilaku murid dan sejauh mana prilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam waktu lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia punya motivasi besar.

2.      Perspektif Tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada 4 macam perspektif, yaitu; behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

a.       Perspektif Behavioral
Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Intensif adalah pristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi prilaku murid. Emmer dkk menegaskan bahwa pendukung penggunakan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang mendapat indikasi tentang kualitas pekerjaan murid dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik.

b.      Perspektif Humanistis
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:
-          Fisiologis: lapar, haus, tidur.
-          Keamanan (safety): bertahan hidup seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
-          Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
-          Harga diri: menghargai diri sendiri.
-          Aktualisasi diri: realisasi potensi diri.
Menurut Maslow, misalnya murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum mereka dapat berprestasi. Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Maslow memperingatkan bahwa kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangkan level harga diri yang tinggi dan karenanya tak pernah sampai ke aktualisasi diri.

c.       Perspektif Kognitif
Menurut persfektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif.  Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan, dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif kognitif tentang otivasi sesuai dengan gagasan R.W. White pada tahun 1959, yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut buka karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.

d.      Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang sangat hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tuan dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik positif dan lebih senang bersekolah. Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak. Dalam studi lain, nilai matematika meningkat di kalangan murid sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif.



3.      Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Perspektif behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankan pada arti penting dari motivasi instrinsik dalam prestasi.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.[3]

4.      Beberapa Cara Memotivasi Orang Lain:
Ada beberapa cara memotivasi orang lain, yaitu;
a.       Memotivasi dengan kekerasan/motivating by force.
b.      Motivasi dengan bujukan/motivating by enticement.
c.       Motivasi dengan identifikasi/motivating by identivication or ego-involvement.[4]

a.       Memotivasi dengan kekerasan/motivating by force.
Suatu ketika seorang pemimpin akan melakukan cara ini agar anak buahnya melakukan apa yang harus dilakukan. Sebagai contoh, seorang pelatih sepak bola mengancam akan menskores anggotanya bila tidak disiplin dalam latihan-latihan untuk meningkatkan prestasinya. Demikian juga dengan pendidik, seorang guru mengancam akan menghukum muridnya jika muridnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Demikianlah cara-cara ini digunakan, tetapi biasanya menimbulkan perasaan tidak senang bagi subyek yang terkena. Di dalam masyarakat yang demokratis, cara semacam ini kurang begitu tepat. Sebab, orang akan memiliki sifat ketergantungan yang besar dan kurang mampu menumbuhkan kesadaran.

b.      Motivasi dengan bujukan/motivating by enticement.
Cara yang kedua ini berupa memberikan bujukan suatu hadiah, bila orang lain itu mengerjakan sesuatu. Sebagai contoh, untuk buruh atau pekerja akan diberi tambahan upah. Untuk pelajar akan memperoleh nilai baik. Dan dapat juga berupa status sosial. Seperti halnya cara yang pertama, maka cara yang kedua ini juga menimbulkan sifat ketergantungan. Para buruh tergantung pada majikannya, murid dengan gurunya.
c.       Motivasi dengan identifikasi/motivating by identivication or ego-involvement.
Ini merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain. Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam. Seorang pelajar belajar bukan karena bujukan guru, tetapi karena memang mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang baik.

B.     Kesulitan Belajar
1.      Pengertian Belajar dan Kesulitan Belajar
Belajar adalah proses dimana seorang peserta didik mengalami perubahan dari satu kondisi kepada kondisi lain, kondisi yang lain tersebut tentu direncanakan, dikontrol dan dikendalikan. Usaha pencapaian agar peserta didik sampai pada kondisi yang diinginkan tentu menempuh berbagai cara, melewati berbagai kondisi dan mengikuti beberapa prinsip yang menjadi aturan dalam belajar. Namun harus disadari bahwa ditengah-tengah antara kondisi awal sampai kondisi tujuan terdapat beberapa hal yang menjadi rintangan baik datang dari murid maupun dari luar murid. Rintangan atau hambatan yang dialami murid tersebut dalam psikologi pendidikan disebut dengan hambatan atau kesulitan belajar.[5]
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum menjamin keberhasilan belajar.
Macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a.       Dilihat dari jenis kesulitan belajar.
§  Ada yang berat
§  Ada yang sedang
b.      Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
§  Ada yang sebahagian bidang studi
§  Ada yang keseluruhan bidang studi
c.       Dilihat dari sifat kesulitannya
§  Ada yang sifatnta permanen/menetap
§  Ada yan sifatnya hanya sementara
d.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
§  Ada yang karena faktor intelegensi
§  Ada yang karena faktor non-intelegensi.[6]


2.      Beberapa Prinsip Belajar
Proses belajar itu adalah kompleks sekali, tetapi dapat juga dianalisa dan dierinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita temui agar kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah:
·         Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
·         Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
·         Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
·         Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
·         Belajar adalah suatu proses aktif  dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
·         Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
·         Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.

3.      Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak hal-hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar itu? Banyak hal-hal atau hambatan yang menyebabkannya, tetapi pada pokoknya dapat digolongkan menjadi 2 faktor, yaitu:
a)      Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari diri pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi:
·         Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah).
Faktor biologis ialah faktor yang berhubungan dengan jasmani anak/pelajar atau mahasiswa. Faktor ini misalnya:
§  Kesehatan
Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar. Pelajar atau mahasiswa yang tisak sehat badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu, dan pelajaran sukar masuk. Begitu juga anak yang badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan lekas capai.
§  Cacad badan
Cacad badan dapat juga menghambat belajar. Yang termasuk cacad badan misalnya setengah buta, setengah tuli, gangguan bicara, tangan hanya satu, dan cacad badan lainnya.

·         Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah).
Faktor psychologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam faktor ini ialah:
§  Inteligensi
Faktor inteligensi adalah faktor indogin yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bilamana pembawaan inteligensi anak memang rendah, maka anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Selain faktor inteligensi atau kecerdasan ada pula faktor lain yaitu cacad mental, cacad yang dibawa sejak lahir. Termasuk cacad ini adalah: idiosi, embisilitas, dan debilitas.
§  Perhatian
Perhatian juga merupakan faktor penting dalam usaha belajar anak. Untuk menjamin belajar yang baik, anak harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbulah rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikear-kejar. Sehingga prestasi mereka kemudian menurun. Untuk itu, maka pendidikan harus mengusahakan agar bahan pelajaran yang dierikan dapat menarik perhatiannya.
§  Minat
Bahan pelajaran yang menarik minat/keinginan anak akan dapat dipelajari oleh anak dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya bahan yang tdiak sesuai dengan minat/keinginan anak pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.[7]
§  Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki bakat yang berbeda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan. Seseorang yang berbakat di bidang teknik tetapi di bidang olah raga lemah.[8]
§  Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya, mereka yang motivasinya lemh, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.[9]

§  Tipe-tipe khusus seorang pelajar
-          Visual: akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, dan gambar. Intinya, mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya.
-          Auditif: mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), suara, radio/cassete. Intinya, mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat didengar dengan alat pendengarannya.
-          Motorik: mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan.[10]

b)      Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa. Faktor ini meliputi:
·         Faktor lingkungan keluarga.
Faktor ini meliputi:
§  Faktor orang tua
Faktor orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Demikian pula sebaliknya, orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali tentu tidak akan berhasil dalam belajarnya.
§  Faktor suasana rumah
Lingkungan keluarga yang lain yang dapat mempengaruhi usaha belajar anak adalah faktor suasana rumah. Suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar dengan baik. Misalnya rumah dengan keluarga besar atau banyak sekali penghuninya.
Begitu juga suasana rumah tangga yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara anggota-anggotanya. Anak merasa sedih, bingung dan dirundung kekecewaan serta tekanan batin yang terus menerus. Akibatnya anak suka keluar rumah mencari suasana baru. Apa akibatnya? Dalam sekejap saja anak medapat pengaruh jahat dari luar yang masih dalam jiwanya. Akhirnya ia malas dan terhambat dalam belajarnya.



§  Faktor ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan jga dalam belajar anak. Misalnya anak dari keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap. Sebaliknya anak dari keluarga yang kurang mampu tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat yang serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang sekali.

·         Faktor lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah kadng-kadang juga menjadi faktor hambatanbagi anak. Yang termasuk dalam faktor ii antara lain:
§  Cara penyajian pelajaran yang kurang baik.
§  Hubungan guru dan murid yang kurang baik.
§  Hubungan antara anak dengan anak kurang menyenangkan.
§  Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal kemampuan anak.
§  Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap.
§  Jam-jam pelajaran yang kurang baik. Misalnya, sekolah yang masuk siang dimana udara sangat panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.

·         Faktor lingkungan masyarakat.
Faktor lingkungan masyarakat  yang dapat menghambat kemajuan belajar anak adalah:
§  Mass-media, seperti: bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
§  Teman bergaul yang memberikan pengaruh tidak baik.
§  Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
§  Corak kehidupan tetangga. Dalam hal ini dimaksudkan apakah anak itu hidup dalam lingkungan yang baik atau yang tidak baik. Sebab, ini semua dapat mempengaruhi semangat belajar anak.[11]

c)      Faktor non sosial dalam belajar
Kelompok faktor ini juga bisa dibilang tak terhitung jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar, dan lain-lain.[12]

4.      Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar sebagaimana yang tellah diuraikan dipembahasan sebelunya. Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan melalui 6 tahap, yaitu:

a)      Pengumpulan data
Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah; observasi, kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi). Dalam pelaksanaanya, metode-metode tersebut tidak harus dipergunakan semuanya secara bersamaan. Namun, penggunaannya tergantung masalah yang dihadapi. Jika masalahnya rumit, maka kita dapat menggunakan beberapa metode. Akan tetapi, jika masalahnya sederhana, maka kita dapat menggunakan satu metode observasi saja.

b)      Pengolahan data
Data yang telah terkumpul harus diolah dengan cermat. Agar guru dapat mengetahui dengan pasti penyebab kesulitan belajar anak. Adapun langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan data ini adalah;
-          Identifikasi kasus.
-          Membandingkan antar kasus.
-          Membandingkan dengan hasil tes, dan
-          Menarik kesimpulan.

c)      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.[13] Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip Wardani sebagai berikut:
-          Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
-          Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
-          Mewawncarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
-          Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
-          Memberikan tes kemampuan intelegensi IQ kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.[14]
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
§  Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berast dan ringannya).
§  Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
§  Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
Dalam rangka diagnosis ini, biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya dokter, psikolog, psikiater, social worker, ortopedagogik, guru kelas, orang tua anak, dan sebagainya tergantung pada kebutuhan.

d)     Prognosis
Prognosis adalah merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.

e)      Treatment (perlakuan)
Treatment di sini maksudnya adalah memberikan bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahan prognosis tersebut. Siapa yang harus memberikan treatment, tergantung pada bidang garapan yang harus dilaksanakan.

f)       Evaluasi
Evaluasi di sini, maksudnya adalah untuk mengetahui apakah treatment yang telah dilakukan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau gagal sama sekali. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar.[15]

C.    Peran Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sudah disebutkan diawal pembahasan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama. Bila anak belajar dengan semangat yang tinggi, tanpa diperintah ia telah melakukan belajar sendiri, maka guru selalu menggambarkan inilah anak sekolah yang baik. Seorang pengajar biasanya hanya memberi rangsangan-rangsangan untuk menumbuhkan semangat siswa. Namun, alangkah lebih baiknya jika guru lebih mendalami bagaimana dunia siswanya agar guru dapat merubah pandangan siswa bahwa belajar bukanlah beban namun belajar adalah proses untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, dalam diri siswa telah tertanam motivasi untuk belajar.
Betapa pentingnya dorongan atau motivasi ini apabila dikelola dengan baik, maka motivasi akan menjadi kekuatan yang sangat besar bagi seseorang untuk melakukan kegiatan termasuk di dalamnya adalah kegiatan belajar. Menurut Nachiappan, motivasi dianggap penggerak utama dalam menstruktur tingkah laku, pemikiran, emosi, hala tuju, dan minat pelajar untuk mencapai sesuatu matlamat pembelajaran secara berkesan.
Kedudukan motivasi dalam belajar tidak hanya memberikan arah kegiatan belajar secara benar, lebih dariitu dengan motivasi seseorang akan mendapat pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatannya termasuk kegiatan belajar. Crow & Crow menyebutkan bahwa motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam belajar adalah sebagai berikut:
1.      Motivasi memberi semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.
2.      Motivasi perbuatan sebagai pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya.
3.      Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.
Sekali lagi, seorang pendidik dengan bekal psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi perkembangan juga psikologi belajar, maka ia akan menjadikan anak sebagai bagian dari kehidupan yang memiliki dunianya sendiri. Berangkat dari hal tersebut, pendidik akan merancang pembelajaran berdasarkan apa kebutuhan anak, hal ini untuk menyelaraskan perkembangan jiwa anak dengan materi pembelajaran.[16]

BAB III
PENUTUP
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama. Motivasi dapat menjadi power bagi anak didik jika motivasi untuk mencapai tujuan tertentu sudah benar-benar tertancap kuat dalam diri masing-masing anak didik.
Dalam proses belajar dan pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar, sudah sewajarnya terdapat hambatan, rintangan, dan kesulitan belajar bagi siswa. Sebagai seorang pendidik, kita harus lebih mendalami dunia anak didik, benar-benar memahami perkembangan psikologis dari anak didik. Sehingga, kita lebih mengetahui apa faktor penyebab kesulitan belajar yang menyebabkan prestasinya menurut atau bahkan pengaruh buruk bagi peserta didik yang lain. Ketika kita sudah mengetahui titik permasalahannya, maka akan dengan mudah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Diingatkan kembali kepada pendidik bahwa, peran motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat kuat. Karena, motivasi dapat mempengaruhi semangat siswa hingga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan bekal psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi perkembangan juga psikologi belajar, maka pendidik akan menjadikan anak sebagai bagian dari kehidupan yang memiliki dunianya sendiri. Sehingga, keselarasan dan kenyamanan dapat teciptakan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mardianto. 2013. Psikologi Pendidikan. Medan:Perdana Publishing.
Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT. Remaja RosdaKarya.


[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, h. 930.
[2] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 178.
[3] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Kencana, Jakarta,2011,  h. 510-514.
[4] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 201-202.
[5] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 189.
[6] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, h. 78.
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 282-286.
[8] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op.cit, h. 82.
[9] Ibid, h. 82-83.
[10] Ibid, h. 84-85.
[11] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 287-291.
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, h. 249-250.
[13] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, h. 96-98.
[14] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja RosdaKarya, Bandung, 2007, h. 174.
[15] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op.cit, h. 98-100.
[16] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 184-185.

1 komentar: Leave Your Comments

  1. "Titanica" guitar chords - Etched
    guitar chords. The titanium pans guitar chord in Toto's Toto's Toto's Toto titanium bikes for sale guitar chords. This guitar has columbia titanium boots a harmonic titanium cookware distortion which titanium dive knife is a major

    BalasHapus

Popular Posts