BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemauan belajar ada anak tidak dapat tumbuh begitu
saja, akan tetapi selalu diberi rangsangan yang mengakibatkan anak tersebut mau
melakukannya. Hasilnya selalu tampak bahwa ada orang tua yang ingin
menyekolahkan anaknya sampai batas kemampuan yang ia miliki, di saat yang sama
ada juga anak yang tidak ingin ke sekolah.
Banyak kasus yang kita hadapi dalam masyarakat,
bagaimana prilaku orang tua, guru, dan lingkungan terhadap anak sebagai sebuah
bagian dari kegiatan pendidikan. Ada anak yang ingin bersekolah di sekolah A,
ternyata orang tua tidak mengizinkan dengan dalih biaya mahal, lokasi sekolah
yang jauh, dan lain-lain. Hingga akhirnya seorang anak harus menuruti kehendak
dari kedua orang tuanya. Lantas, apakah dengan situasi yang demikian, motivasi
seorang anak harus menurun? Sebenarnya apa yang dimaksud dengan motivasi?
Belajar adalah proses perubaha dimana seorang siswa
atau siapapun yang mengalami proses belajar tersebut akan memiliki perubahan
kognitif, afektif, dan psikomorik yang jauh lebih baik. Namun, dalam
kenyataannya proses belajar tidak semuanya berlangsung dengan aman dan tentram.
Ada beberapa hambatan, rintangan dan lain-lain yang biasa disebut dengan
kesulitan belajar. Lantas, apa sebenarnya kesulitan belajar itu?
Motivasi sangat erat kaitannya dengan proses
belajar-mengajar. Dimana, tujuan akhir belajar adalah salah satu dari bentuk
motivasi, yaitu memiliki tujuan. Bagaimanakah bentuk hubungan atau peran
motivasi dalam proses belajar?
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan motivasi?
2.
Apa sajakah
perspektif motivasi?
3.
Apa saja
jenis-jenis motivasi?
4.
Bagaimana cara
memotivasi orang lain?
5.
Apa pengertian
belajar dan kesulitan belajar?
6.
Apa
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar?
7.
Bagaimana usaha
untuk menyesaikan masalah kesulitan belajar?
8.
Apa peran
motivasi dalam belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Motivasi
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam psikologi,
motivasi diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.[1]
Benjamin menyebutkan bahwa, motivation
pertains to why behavior occurs. Tho important features of motivation are that
it energizes and directs behavior. Menurut Santrock, motivasi adalah proses
yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang
termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan lama.
Kemudian, Purwanto berpendapat tentang motivasi yang lebih fungsional lagi
adalah menegaskan. Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu.[2]
Sebagai
contoh, mengapa Terry Fox menyelesaikan larinya? Ketika Terry Fox masuk rumah
sakit karena kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa
bertahan hidup maka dia melakukan sesuatu untuk mendanai riset kanker. Jadi,
motivasi dari tindakannya berlari itu adalah untuk memberi tujuan bagi hidupnya
dengan membantu orang lain yang mengidap kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan
dengan semangat, punya arah (tujuan), dan gigih (bertahan lama). Selama berlari
melintasi kanada, dia menjumpai banyak rintangan seperti angin kencang, hujan
lebat, salju, dan jalan es. Karena kondisi ini, dia rata-rata hanya menempuh 8
mil selama bulan pertama, jauh dari yang direncanakannya. Tetapi dia terus
bertahan dan mempercepat langkahnya pada bulan kedua sampai dia kembali ke
jalur tujuannya. Tindaknnya merupakan contoh tentang bagaimana motinasi dapat
membantu kita bertahan dan mencapai sesuatu. Kisah Terry Fox digambarkan dalam
film ‘The power of Purpose’. Seorang guru grade enam memperlihatkan film itu
kepada anak didiknya dan meminta muridnya untuk menulis apa yang mereka
pelajari dari film tersebut. Seorang murid menulis, “saya mempelajari bahwa
jika sesuatu buruk terjadi pada Anda, Anda harus terus maju dan mencoba. Bahkan
jika tubuh Anda sakit, semangat Anda tidak boleh lenyap.”
Seperti
contoh di atas, motivasi murid dikelas berkaitan dengan alasan dibalik prilaku murid
dan sejauh mana prilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan
dalam waktu lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia
kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan
penulisan makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia
punya motivasi besar.
2.
Perspektif
Tentang Motivasi
Perspektif
psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif
yang berbeda pula. Ada 4 macam perspektif, yaitu; behavioral, humanistis,
kognitif, dan sosial.
a.
Perspektif
Behavioral
Perspektif
ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Intensif adalah pristiwa atau stimuli positif atau negatif yang
dapat memotivasi prilaku murid. Emmer dkk menegaskan bahwa pendukung
penggunakan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau
kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat
dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat. Insentif yang dipakai guru
di kelas antara lain nilai yang baik, yang mendapat indikasi tentang kualitas
pekerjaan murid dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu
tugas dengan baik.
b.
Perspektif
Humanistis
Perspektif
humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka
terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham
Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan
kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan
individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:
-
Fisiologis:
lapar, haus, tidur.
-
Keamanan
(safety): bertahan hidup seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
-
Cinta dan rasa
memiliki: keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
-
Harga diri:
menghargai diri sendiri.
-
Aktualisasi
diri: realisasi potensi diri.
Menurut Maslow,
misalnya murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum mereka dapat
berprestasi. Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki
Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan
potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri
dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Maslow
memperingatkan bahwa kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka
mengembangkan level harga diri yang tinggi dan karenanya tak pernah sampai ke
aktualisasi diri.
c.
Perspektif
Kognitif
Menurut persfektif kognitif, pemikiran murid akan
memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi
menurut perspektif kognitif. Minat ini
berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,
atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan,
terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan
keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara
efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan
tujuan, perencanaan, dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif kognitif tentang otivasi sesuai dengan
gagasan R.W. White pada tahun 1959, yang mengusulkan konsep motivasi
kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan
mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara
efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut buka karena
kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
d.
Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan
personal yang sangat hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam
motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan mereka dengan orang tuan dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Murid sekolah
yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap
akademik positif dan lebih senang bersekolah. Dalam sebuah studi berskala luas,
salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi
mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak.
Dalam studi lain, nilai matematika meningkat di kalangan murid sekolah menengah
apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif.
3.
Motivasi
Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Murid mungkin belajar keras menghadapi
ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Perspektif behavioral menekankan arti
penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan
kognitif dan humanistis lebih menekankan pada arti penting dari motivasi
instrinsik dalam prestasi.
Motivasi
intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian
karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.[3]
4.
Beberapa Cara
Memotivasi Orang Lain:
Ada beberapa cara
memotivasi orang lain, yaitu;
a.
Memotivasi
dengan kekerasan/motivating by force.
b.
Motivasi dengan
bujukan/motivating by enticement.
c.
Motivasi dengan
identifikasi/motivating by identivication or ego-involvement.[4]
a.
Memotivasi
dengan kekerasan/motivating by force.
Suatu ketika
seorang pemimpin akan melakukan cara ini agar anak buahnya melakukan apa yang
harus dilakukan. Sebagai contoh, seorang pelatih sepak bola mengancam akan
menskores anggotanya bila tidak disiplin dalam latihan-latihan untuk
meningkatkan prestasinya. Demikian juga dengan pendidik, seorang guru mengancam
akan menghukum muridnya jika muridnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Demikianlah cara-cara ini digunakan, tetapi biasanya menimbulkan perasaan tidak
senang bagi subyek yang terkena. Di dalam masyarakat yang demokratis, cara
semacam ini kurang begitu tepat. Sebab, orang akan memiliki sifat
ketergantungan yang besar dan kurang mampu menumbuhkan kesadaran.
b.
Motivasi dengan
bujukan/motivating by enticement.
Cara yang kedua
ini berupa memberikan bujukan suatu hadiah, bila orang lain itu mengerjakan
sesuatu. Sebagai contoh, untuk buruh atau pekerja akan diberi tambahan upah.
Untuk pelajar akan memperoleh nilai baik. Dan dapat juga berupa status sosial.
Seperti halnya cara yang pertama, maka cara yang kedua ini juga menimbulkan
sifat ketergantungan. Para buruh tergantung pada majikannya, murid dengan
gurunya.
c.
Motivasi dengan
identifikasi/motivating by identivication or ego-involvement.
Ini merupakan
cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain. Dalam hal ini mereka berbuat
sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu
adalah untuk mencapai tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam. Seorang
pelajar belajar bukan karena bujukan guru, tetapi karena memang mereka ingin
memperoleh prestasi belajar yang baik.
B.
Kesulitan Belajar
1.
Pengertian
Belajar dan Kesulitan Belajar
Belajar adalah
proses dimana seorang peserta didik mengalami perubahan dari satu kondisi
kepada kondisi lain, kondisi yang lain tersebut tentu direncanakan, dikontrol
dan dikendalikan. Usaha pencapaian agar peserta didik sampai pada kondisi yang
diinginkan tentu menempuh berbagai cara, melewati berbagai kondisi dan
mengikuti beberapa prinsip yang menjadi aturan dalam belajar. Namun harus
disadari bahwa ditengah-tengah antara kondisi awal sampai kondisi tujuan
terdapat beberapa hal yang menjadi rintangan baik datang dari murid maupun dari
luar murid. Rintangan atau hambatan yang dialami murid tersebut dalam psikologi
pendidikan disebut dengan hambatan atau kesulitan belajar.[5]
Kesulitan
belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan
mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum menjamin keberhasilan belajar.
Macam-macam
kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a.
Dilihat dari
jenis kesulitan belajar.
§ Ada yang berat
§ Ada yang sedang
b.
Dilihat dari
bidang studi yang dipelajari
§ Ada yang sebahagian bidang studi
§ Ada yang keseluruhan bidang studi
c.
Dilihat dari
sifat kesulitannya
§ Ada yang sifatnta permanen/menetap
§ Ada yan sifatnya hanya sementara
d.
Dilihat dari
segi faktor penyebabnya
§ Ada yang karena faktor intelegensi
§ Ada yang karena faktor non-intelegensi.[6]
2.
Beberapa Prinsip
Belajar
Proses belajar
itu adalah kompleks sekali, tetapi dapat juga dianalisa dan dierinci dalam
bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita temui agar
kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah:
·
Belajar harus
bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai
harapan-harapannya.
·
Belajar
memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
·
Belajar memerlukan
pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh
pengertian-pengertian.
·
Belajar
memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat
dikuasainya.
·
Belajar adalah
suatu proses aktif dimana terjadi saling
pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
·
Belajar harus
disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
·
Belajar dianggap
berhasil apabila telah sanggup menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
3.
Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak hal-hal
yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga
terjadi suatu kegagalan. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan
belajar itu? Banyak hal-hal atau hambatan yang menyebabkannya, tetapi pada
pokoknya dapat digolongkan menjadi 2 faktor, yaitu:
a)
Faktor indogin,
ialah faktor yang datang dari diri pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini
meliputi:
·
Faktor biologis
(faktor yang bersifat jasmaniah).
Faktor biologis
ialah faktor yang berhubungan dengan jasmani anak/pelajar atau mahasiswa.
Faktor ini misalnya:
§ Kesehatan
Kesehatan adalah
faktor penting di dalam belajar. Pelajar atau mahasiswa yang tisak sehat
badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu,
dan pelajaran sukar masuk. Begitu juga anak yang badannya lemah, sering pusing
dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan lekas capai.
§ Cacad badan
Cacad badan
dapat juga menghambat belajar. Yang termasuk cacad badan misalnya setengah
buta, setengah tuli, gangguan bicara, tangan hanya satu, dan cacad badan
lainnya.
·
Faktor
psychologis (faktor yang bersifat rohaniah).
Faktor psychologis
adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam faktor ini
ialah:
§ Inteligensi
Faktor
inteligensi adalah faktor indogin yang sangat besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak. Bilamana pembawaan inteligensi anak memang rendah, maka
anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Selain faktor
inteligensi atau kecerdasan ada pula faktor lain yaitu cacad mental, cacad yang
dibawa sejak lahir. Termasuk cacad ini adalah: idiosi, embisilitas, dan
debilitas.
§ Perhatian
Perhatian juga
merupakan faktor penting dalam usaha belajar anak. Untuk menjamin belajar yang
baik, anak harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan
pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbulah rasa bosan, malas dan
belajarnya harus dikear-kejar. Sehingga prestasi mereka kemudian menurun. Untuk
itu, maka pendidikan harus mengusahakan agar bahan pelajaran yang dierikan
dapat menarik perhatiannya.
§ Minat
Bahan pelajaran
yang menarik minat/keinginan anak akan dapat dipelajari oleh anak dengan
sebaik-baiknya. Sebaliknya bahan yang tdiak sesuai dengan minat/keinginan anak
pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya.[7]
§ Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan
dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki bakat yang berbeda.
Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan. Seseorang
yang berbakat di bidang teknik tetapi di bidang olah raga lemah.[8]
§ Motivasi
Motivasi sebagai
faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan
belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya,
mereka yang motivasinya lemh, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.[9]
§ Tipe-tipe khusus seorang pelajar
-
Visual: akan
cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik,
dan gambar. Intinya, mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat
dengan alat penglihatannya.
-
Auditif: mudah
mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), suara,
radio/cassete. Intinya, mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat didengar
dengan alat pendengarannya.
-
Motorik: mudah
mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit
mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan.[10]
b)
Faktor exogin,
ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa. Faktor ini meliputi:
·
Faktor
lingkungan keluarga.
Faktor ini meliputi:
§ Faktor orang tua
Faktor orang tua
merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang
tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang
baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Demikian pula sebaliknya, orang tua
yang tidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak
memperhatikan sama sekali tentu tidak akan berhasil dalam belajarnya.
§ Faktor suasana rumah
Lingkungan
keluarga yang lain yang dapat mempengaruhi usaha belajar anak adalah faktor
suasana rumah. Suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan
memberikan anak belajar dengan baik. Misalnya rumah dengan keluarga besar atau
banyak sekali penghuninya.
Begitu juga
suasana rumah tangga yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara
anggota-anggotanya. Anak merasa sedih, bingung dan dirundung kekecewaan serta
tekanan batin yang terus menerus. Akibatnya anak suka keluar rumah mencari
suasana baru. Apa akibatnya? Dalam sekejap saja anak medapat pengaruh jahat
dari luar yang masih dalam jiwanya. Akhirnya ia malas dan terhambat dalam
belajarnya.
§ Faktor ekonomi keluarga
Faktor ekonomi
keluarga banyak menentukan jga dalam belajar anak. Misalnya anak dari keluarga
mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap. Sebaliknya anak dari
keluarga yang kurang mampu tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat yang
serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus
asa sehingga dorongan belajar mereka kurang sekali.
·
Faktor
lingkungan sekolah.
Lingkungan
sekolah kadng-kadang juga menjadi faktor hambatanbagi anak. Yang termasuk dalam
faktor ii antara lain:
§ Cara penyajian pelajaran yang kurang baik.
§ Hubungan guru dan murid yang kurang baik.
§ Hubungan antara anak dengan anak kurang
menyenangkan.
§ Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran
normal kemampuan anak.
§ Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak
lengkap.
§ Jam-jam pelajaran yang kurang baik. Misalnya,
sekolah yang masuk siang dimana udara sangat panas mempunyai pengaruh yang
melelahkan.
·
Faktor
lingkungan masyarakat.
Faktor
lingkungan masyarakat yang dapat menghambat
kemajuan belajar anak adalah:
§ Mass-media, seperti: bioskop, radio, televisi, surat
kabar, majalah, dan sebagainya.
§ Teman bergaul yang memberikan pengaruh tidak baik.
§ Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
§ Corak kehidupan tetangga. Dalam hal ini dimaksudkan
apakah anak itu hidup dalam lingkungan yang baik atau yang tidak baik. Sebab,
ini semua dapat mempengaruhi semangat belajar anak.[11]
c)
Faktor non
sosial dalam belajar
Kelompok faktor
ini juga bisa dibilang tak terhitung jumlahnya, seperti misalnya: keadaan
udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar,
dan lain-lain.[12]
4.
Usaha Mengatasi
Kesulitan Belajar
Mengatasi
kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar sebagaimana yang tellah diuraikan dipembahasan sebelunya. Secara garis
besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar dapat dilakukan melalui 6 tahap, yaitu:
a)
Pengumpulan data
Menurut Sam
Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode,
diantaranya adalah; observasi, kunjungan rumah, case study, case history,
daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, melaksanakan tes (baik
tes IQ maupun tes prestasi). Dalam pelaksanaanya, metode-metode tersebut tidak
harus dipergunakan semuanya secara bersamaan. Namun, penggunaannya tergantung
masalah yang dihadapi. Jika masalahnya rumit, maka kita dapat menggunakan
beberapa metode. Akan tetapi, jika masalahnya sederhana, maka kita dapat
menggunakan satu metode observasi saja.
b)
Pengolahan data
Data yang telah
terkumpul harus diolah dengan cermat. Agar guru dapat mengetahui dengan pasti
penyebab kesulitan belajar anak. Adapun langkah yang harus ditempuh dalam
pengolahan data ini adalah;
-
Identifikasi
kasus.
-
Membandingkan
antar kasus.
-
Membandingkan
dengan hasil tes, dan
-
Menarik
kesimpulan.
c)
Diagnosis
Diagnosis adalah
keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.[13]
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang
cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip
Wardani sebagai berikut:
-
Melakukan
observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
-
Memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
belajar.
-
Mewawncarai
orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar.
-
Memberikan tes
diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar
yang dialami siswa.
-
Memberikan tes
kemampuan intelegensi IQ kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.[14]
Diagnosis ini
dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
§ Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak
(berast dan ringannya).
§ Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi
sumber penyebab kesulitan belajar.
§ Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan
belajar dan sebagainya.
Dalam rangka
diagnosis ini, biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya
dokter, psikolog, psikiater, social worker, ortopedagogik, guru kelas, orang
tua anak, dan sebagainya tergantung pada kebutuhan.
d)
Prognosis
Prognosis adalah
merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapat membantu
mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
e)
Treatment
(perlakuan)
Treatment di sini
maksudnya adalah memberikan bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahan prognosis tersebut. Siapa yang harus
memberikan treatment, tergantung pada bidang garapan yang harus dilaksanakan.
f)
Evaluasi
Evaluasi di
sini, maksudnya adalah untuk mengetahui apakah treatment yang telah dilakukan
tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau gagal sama sekali.
Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar.[15]
C.
Peran Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat
berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sudah disebutkan diawal
pembahasan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh
energi, terarah, dan tahan lama. Bila anak belajar dengan semangat yang tinggi,
tanpa diperintah ia telah melakukan belajar sendiri, maka guru selalu
menggambarkan inilah anak sekolah yang baik. Seorang pengajar biasanya hanya
memberi rangsangan-rangsangan untuk menumbuhkan semangat siswa. Namun, alangkah
lebih baiknya jika guru lebih mendalami bagaimana dunia siswanya agar guru
dapat merubah pandangan siswa bahwa belajar bukanlah beban namun belajar adalah
proses untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga, dalam diri siswa telah
tertanam motivasi untuk belajar.
Betapa
pentingnya dorongan atau motivasi ini apabila dikelola dengan baik, maka
motivasi akan menjadi kekuatan yang sangat besar bagi seseorang untuk melakukan
kegiatan termasuk di dalamnya adalah kegiatan belajar. Menurut Nachiappan,
motivasi dianggap penggerak utama dalam menstruktur tingkah laku, pemikiran,
emosi, hala tuju, dan minat pelajar untuk mencapai sesuatu matlamat
pembelajaran secara berkesan.
Kedudukan
motivasi dalam belajar tidak hanya memberikan arah kegiatan belajar secara
benar, lebih dariitu dengan motivasi seseorang akan mendapat
pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatannya termasuk kegiatan belajar.
Crow & Crow menyebutkan bahwa motivasi merupakan hal yang sangat penting
dalam belajar adalah sebagai berikut:
1.
Motivasi memberi
semangat seorang pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajarnya.
2.
Motivasi
perbuatan sebagai pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang
berkeinginan untuk melakukannya.
3.
Motivasi memberi
petunjuk pada tingkah laku.
Sekali lagi,
seorang pendidik dengan bekal psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi
perkembangan juga psikologi belajar, maka ia akan menjadikan anak sebagai
bagian dari kehidupan yang memiliki dunianya sendiri. Berangkat dari hal
tersebut, pendidik akan merancang pembelajaran berdasarkan apa kebutuhan anak,
hal ini untuk menyelaraskan perkembangan jiwa anak dengan materi pembelajaran.[16]
BAB III
PENUTUP
Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya,
prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan tahan
lama. Motivasi dapat menjadi power bagi anak didik jika motivasi untuk mencapai
tujuan tertentu sudah benar-benar tertancap kuat dalam diri masing-masing anak
didik.
Dalam
proses belajar dan pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar, sudah
sewajarnya terdapat hambatan, rintangan, dan kesulitan belajar bagi siswa.
Sebagai seorang pendidik, kita harus lebih mendalami dunia anak didik,
benar-benar memahami perkembangan psikologis dari anak didik. Sehingga, kita
lebih mengetahui apa faktor penyebab kesulitan belajar yang menyebabkan
prestasinya menurut atau bahkan pengaruh buruk bagi peserta didik yang lain.
Ketika kita sudah mengetahui titik permasalahannya, maka akan dengan mudah untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
Diingatkan
kembali kepada pendidik bahwa, peran motivasi dalam kegiatan belajar mengajar
sangat kuat. Karena, motivasi dapat mempengaruhi semangat siswa hingga
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan bekal psikologi pendidikan,
psikologi anak, psikologi perkembangan juga psikologi belajar, maka pendidik
akan menjadikan anak sebagai bagian dari kehidupan yang memiliki dunianya
sendiri. Sehingga, keselarasan dan kenyamanan dapat teciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta:PT Rineka
Cipta.
Ahmadi, Abu dan Widodo
Supriyono. 2008. Psikologi Belajar.
Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan
Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mardianto. 2013. Psikologi Pendidikan. Medan:Perdana
Publishing.
Santrock, John W. 2011.
Psikologi Pendidikan.
Jakarta:Kencana.
Suryabrata, Sumadi.
1995. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung:PT. Remaja RosdaKarya.
[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, h. 930.
[2] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 178.
[3] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Kencana,
Jakarta,2011, h. 510-514.
[4] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 201-202.
[5] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 189.
[6] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2008, h. 78.
[7] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 282-286.
[8] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
op.cit, h. 82.
[9] Ibid, h. 82-83.
[10] Ibid, h. 84-85.
[11] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 287-291.
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 1995, h. 249-250.
[13] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2008, h. 96-98.
[14] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
PT. Remaja RosdaKarya, Bandung, 2007, h. 174.
[15] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
op.cit, h. 98-100.
[16] Mardianto, Psikologi Pendidikan, Perdana Publishing, Medan, 2013, h. 184-185.
"Titanica" guitar chords - Etched
BalasHapusguitar chords. The titanium pans guitar chord in Toto's Toto's Toto's Toto titanium bikes for sale guitar chords. This guitar has columbia titanium boots a harmonic titanium cookware distortion which titanium dive knife is a major