BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
setiap penelitian, setiap
peneliti pasti membutuhkan teori- teori yang berkaitan dengan objek yang akan
dikaji dalam penelitinnya. Teori yang digunakan atau diperoleh oleh peneliti
adalah teori yang sudah teruji kebenarannya atau dengan kata lain teori itu
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan dari sumber- sumber yang
terpercaya. Maka dari itu dalam setiap penelitian rujukan
atau yang sering kita sebut sebagai daftar pustaka sangat dianjurkan bahkan
diwajibkan. Mengapa? Karena, apa-apa yang telah kita jadikan sebuah rujukan
haruslah relevan dan akurat dengan keadaan atau daftar rujukan yang kita ambil.
Adapun
Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang
dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan.
Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari gagasan
peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan
hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau pustaka.
Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi atau
landasan teoritis dalam penelitian.
Penelusuran
atau pencarian pustaka yang relevan seyogyanya juga dilakukan sebelum kegiatan
atau pelaksanaan penelitian itu berjalan. Kepustakaan atau literatur yang
dijadikan landasan dalam kajian teori ini akan memiliki arti dalam
mempertimbangkan cakupan penelitian yang sedang dikerjakan. Studi kepustakaan
ini juga memiliki
peranan atau fungsi yang sangat
penting.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERSPEKTIF
TEORI
1.
Pengertian Perspektif
Perspektif adalah suatu kerangka konseptual (conceptual framework), suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan
yang mempengaruhi persepsi kita, dan pada gilirannya mempengaruhi cara kita
bertindak dalm suatu situasi. Oleh karena itu, tidak ada seorang ilmuwan yang
berhak mengklaim, bahwa perspektifnya yang benar atau sah, sedangkan perspektif
lainnya salah. Meskipun suatu perspektif mungkin lebih mendekati realitas yang
dimaksud, tapi pada dasarnya perspektif itu mungkin hanya menangkap sebagian
dari realitas tersebut. Tidak satupun perspektif dapat menangkap leseluruhan
realitas yang diamati, jadi suatu perspektif bersifat terbatas, karena hanya
memungkinkan manusia melihat satu sisi saja dari realitas “di luar sana”.[1]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perspektif itu merupakan
suatu pandangan dari suatu dasar pemikiran atau yang menjadi dasar pemikiran.
2.
Pengertian
Teori
Teori adalah
seperangkat gagasan (konsep), defenisi-defenisi dan proposisi-proposisi yang
berhubungan satu sama lain yang menunjukkan fenomena-fenomena yang sistematis
dengan menetapkan hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.[2]
Arti lain dari
teori, diambil dari kamus istilah pendidikan dan umum yaitu:
1.
Pendapat
yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu pristiwa.
2.
Ajaran
tentang kaidah-kaidah dasar atau azas-azas tentang sesuatu.
3.
Pengetahuan
tentang sesuatu masalah yang hanya bersifat perenungan saja.[3]
Teori dapat juga disebut sebagai data
yang tersusun dalam suatu sistem pemikiran.[4]
Kerlinger mengatakan bahwa teori adalah:
“Seperangkat
konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dengan kata
lain, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunanakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.”
Cooper dan Schindler pada tahun 2003,
mengemukakan:
“A theory is a
set of systematically interrelated consepts, defenition, and proposisition,
that all advanced to explain and predict phenomena. Teori adalah seperangkat
konsep, defenisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat
digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.”[5]
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel pada
tahun 1991 mengemukakan bahwa:
“Teori adalah
alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, defenisi, dan
komposisi yang disusun secara sitematis.”[6]
Berdasarkan
pengertian teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori adalah seperangkat
konsep, defenisi, dan proporsi yang tersusun secara sistematis dan digunakan
untuk melihat serta menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi.
Hanya
saja, dalam penelitian kualitatif lebih mengagungkan ikhtiar untuk menemukan grounded theory atau teori dasar, yakni
berdasarkan data lapangan kemudian mengental suatu teori. Dengan melalui
pendekatan induktif, maka peneliti menemukan konsep dan hipotesis. Teori akan
terbentuk melalui temuan demi temuan berlandaskan data yang sesuai dengan
konteks penelitian.[7]
3.
Kriteria,
Tujuan, dan Fungsi Teori
Terdapat
3 kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian,
yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian. Semakin banyak fokus penelitian
yang ditetapkan maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan. Validasi awal
bagi peneiti kualitatif adalah sejauh mana kemampuan peneliti mendeskripsikan
teori-teori yang terkait dengan bidang serta konteks sosial yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif, teori yang dikembangkan masih bersifat sementara
dan berkembang selama penelitian dilakukan.[8]
Para
peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang
berbeda. Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan
sebagai penjelasan atas prilaku dan sikap-sikap tertentu. Kedua, para peneliti
kualitatif sering kali menggunakan perspektif teoritis sebagai panduan umum
untuk meneliti gender, kelas, dan ras. Ketiga, dalam penelitian kualitatif,
teori sering digunakan sebagai poin akhir penelitian. Dengan menjadikan teori
sebagai poin terakhir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses
penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menjadi teori atau model tertentu. Keempat, beberapa
penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang eksplisit.[9]
Secara
umum teori mempunyai 3 fungsi, yakni fungsi menjelaskan, meramalkan, dan
pengendalian suatu gejala. Dalam kaitannya dalam kegiatan penelitian, maka
fugsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang
lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Sedangkan fungsi teori yang ketiga digunakan untuk membahas hasil penelitian,
sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan
masalah.[10]
Denzin dalam
Glesne dan Peshkin pada tahun 1988 berpendapat bahwa:
“Teori mengacu kepada proposisi yang
saling berhubungan dalam suatu bentuk keteraturan sebagaimana ada berbentuk
deduktif dari lainnya, yang kemudian membutuhkan suatu penjelasan untuk
dibangun dari fenomena atas pertimbangan.”
Pendapat ini merupakan
alas fikir para peneliti beraliran neopositivisme atau kualitatif. Aliran lain
yang berada di bawah penelitian kualitatif adalah interpretivis yang
berkeyakinan bahwa teori tidak memiliki fungsi eksplanasi atau prediksi,
melainkan berfungsi untuk memberikan tafsiratau menyajikan pemahaman
langsungsecara teralami bukan melalui generalisasi yang abstrak.[11]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori yang digunakan
dalam penilitian harus bersifat relevan atau sesuai dengan kehidupan dari objek
yang diteliti, teori yang digunakan dapat dipercaya kebenaran dan keasliannya.
Dimana, teori digunakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan atas prilaku-
prilaku dan sikap- sikap tertentu, tujuan lainnya yaitu sebagai panduan umum
untuk meneliti gender, kelas dan ras.
4.
Perspektif
Teoritis
dalam Penelitian Kualitatif
Teori-Teori
Penunjang dalam Penelitian Kualitatif adalah sebagai berikut:
a.
Pendekatan
Fenomenologik
Dalam pendekatan
fenomenologik, peneliti berusaha memahami arti dari berbagai peristiwa dalam
setting tertentu dengan kacamata peneliti sendiri. Penggunaan pendekatan ini
dimulai dengan sikap diam, ditunjukkan untuk menelaah apa yang sedang
dipelajari. Cara fenomenologik menekankan berbagai aspek subjektif dari
perilaku manusia, selanjutnya peneliti berusaha memahami bagaimana subjek
memberi arti terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kehidupannya.
Peneliti percaya bahwa berbagai cara manusia untuk menginterpretasikan
pengalamannya lewat interaksi dengan orang lain.
Dua pendekatan teoretis
dalam fenomenologi adalah interaksionisme simbolik dan ethnometodologi yang
menjadi kekuatan dominan dalam sosiologi dan mengental dalam tradisi
fenomenologi. Kedua hal ini menjadi kekuatan pendukung metodologi kualitatif.
Tugas utama pendekatan fenomenologi adalah menangkap proses dan interpretasi.
Jadi, yang dikejar oleh peneliti fenomenologi adalah sesuatu dari sudut pandang
subjek yang diteliti.
b.
Pendekatan
Interaksi Simbolik
Berg pada tahun 2001
menjelaskan interaksionisme simbolik adalah salah satu dari beberapa aliran
pemikiran dalam ilmu sosial. Aliran ini mencakup seperangkat proposisi yang
berkenaan dengan penjelasan dan penggambaran aspek-aspek prilaku manusia.
Manusia sebagai suatu kelompok yang unik, jadi apa yang dikatakan dan dilakukan
merupakan hasil bagaimana mereka menafsirkan dunia sosial mereka. Manusia
selalu aktif menciptakan dunianya;makna, memahami persimpangan biografidan
masyarakat menjadi esensial, hal ini diungkapkan oleh Gerth dan Mills pada
tahun 1953. Orang berbuat, tidak atas dasar respons yang telah ditetapkan
sebelumya, melainkan lebih sebagai binatang yang menginterpretasi,
mendefenisikan, bersifat simbolis, yang tingkah lakunya hanya dapat dipahami
peneliti dengan jalan masuk ke dalam proses mendefenisikan melalui metode
seperti observasi pelibatan (participant
observation).
c.
Pendekatan
Kebudayaan
Apa Etnografi?
Diantara model umum
dari penelitianyang digunakan oleh ilmuan sosial, etnografi adalah sama dengan
antropologi dan secara khusus dengan fungsi teori struktural yang bersifat
preskriptif. Etnografi terkait dengan konsep budaya (cultural concept). Dengan demikan, etnografi adalah analisis
deskripsi atau rekonstruksi dari gambaran dalam budaya dan kelompok (reconstructionof intact cultural scenes and group).
Etnografi juga dikatakan menciptakan ulang lagi pembaca membagi keyakinan,
kegiatan, karya, pengetahuan, dan prilakukelompok orang.
d.
Pendekatan
Etnometodologi
Pendekatan
etnometodologi mengacu pada bagaimana pribadi-pribadi subjek yang diteliti
menyatakan dan mengartikan kehidupan mereka sehari-hari dalam hal memahami,
menggunakan, dan menyusun aspek-aspek dari lingkungan mereka. Pendekatan ini
menyarankan agar peneliti seharusnya melihat secara berhati-hati pemahaman
menurut umum atas dasar apa para pengumpul data melaksanakan pekerjaannya.[12]
B.
KAJIAN
PUSTAKA
Penelitian tidak dilakukan di ruang yang
kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang
jelas. Pemikiran ini telah ditunjukkan oleh peneliti sebelum kita. Peneliti
kekinian sesungguhnya menelesuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis
oleh penulis kekinian sesungguhnya merupakan perbaikan atau pemutakhiran dari
bahan sejenis yang telah dibuat oleh penulis sebelumnya. Dalam kaitan ini,
salah satu fase yang tidak mungkin dilewati oleh para peneliti dan penulis
karya ilmiah lain alam kerangka melakukan kegiatan penelitian atau penulisan
karya ilmiah, adalah penelusuran pustaka. Dilihat dari perspektif penelitian
kuantitatif, penelusuran pustaka dimaksudkan untuk mempertajam metodologi,
memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian
sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara relatif kenyal. Tentu saja, dalam penelitian kualitatif dasar teroritis
yang kuat tidak dimutlakkan.
Mengandalkan
survei terhadap data yang telah ada atau yang dihimpun pada berbagai sumber
pusataka juga diperlukan dengan maksud agar peneliti tidak melakukan pekerjaan
sia-sia atau dituduh menjiplak hasil penelitian sejenis meskipun hal itu hanya
terjadi kebetulan saja. Perihal penelusuran pustaka tampaknya belum mendapat
perhatian yang benar-benar serius dari sebagian kalangan mahasiswa di bidang
ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Mereka kebanyakan terjebak dalam kancah hidup
di bawah tempurung dengan menganggap penelitian yang dilakukannya serba baru,
padahal penelitian itu sudah usang dan sudah ketinggalan zaman. Mereka hanya
menggunakan sumber pustaka berupa buku-buku dan diktat kebanyakan, bukan berupa
jurnal ilmiah atau laporan penelitian. Wawasan baru menurut mereka, tetapi
usang atau ketinggalan menurut ilmuan lain.
1.
Sumber Kajian Pustaka
Bagi
peneliti dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan, sumber pustaka atau
sumber bacaan yang akan dikaji banyak jumlah dan jenisnya, baik yang tersedia
di sekitar peneliti maupun yang mungkin disediakan, mulai dari buku-buku teks,
jurnal, sampai harian. Sumber pustaka yang umum diapakai dalam penelitian atau
penulisan karya ilmiah antara lain:
a. Jurnal
Jurnal
adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel ilmiah, biasanya diterbitkan
oleh organisasi profesi tertentu atau kelembagaan penelitian. Jurnal adakalanya
hanya memuat sajian singkat dari artikel yang ditulis oleh para pengarang dan
disajikan dalam bentuk jurnal reviu atau jurnal abstrak. Jurnal reviu,
merupakan ilmiah yang berisi artikel singkat dari satu cabang ilmu tertentu,
sedangkan jurnal abstrak merupakan majalah ilmiah yang menyajikan ikhtisar
artikel singkat dari satu cabang ilmu tertentu, sedangkan jurnal abstrak
merupakan mahalah ilmiah yang menyajikan ikhtisar artikel dari jurnal-jurnal yang
mutakhir (up to date) sifatnya.
b. Buku
Buku
yang dipelukan untuk kebutuhan penelitian dan penulisan karya limiah dapat
berupa buku teks (textbook), buku
tahunan (yearbook), buku pegangan (handbook), dan pada level tertentu
dapat berupa diktat atau draf buku.
c. Laporan Periodik
Laporan
periodik merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan secara teratur oleh
isntitusi pemerintah dan swasta, dan artikel-artikel yang disajikan hanya
terbatas pada hasil penelitian yang dikerjakan pada institusi. Di luar hasil penelitian,
laporan periodik ini pun sering kali memuat tulisan mengenai kebijakan di
lingkungan institusi pada tempat laporan itu diterbitkan.
d. Buletin
Buletin
merupakan terbitan berkala yang umumnya hanya memuat satu artikel ilmiah secara
singkat. Buletin sering pula memuat catatan-catatan ilmiah atau
petunjuk-petunjuk ilmiah yang disajikan secara operasioal. Kelangsungan sebuah
buletin sangat ditentukan oleh tersedia atau tidaknya penyumbang tulisan.
e. Majalah
Majalah
merupakan media massa yang diterbitkan secara teratur yang memuat opini, berita
atau artikel, dan informasi lain. Artikel pada sebuah majalah biasanya
disajikan dengan bentuk dan pemakaian kosakata secara ilmiah populer. Semakin
sering frekuensi terbit dari sebuah majalah, bahan sajiannya semakin populer.
Majalah semacam ini biasanya diterbitkan untuk tujuan-tujuan komersial.
f. Laporan penelitian
Laporan
penelitian merupakan ”buku” yang memuat hasil peneliti secara utuh, mulai dari
bagian bagian awal, tubuh tulisan, disertai lampiran-lampiran. Laporan peneliti
yang dibuat oleh para peneliti dapat berupa laporan perseorang atau kelompok,
atas biaya sendiri atau biaya sponsor.
g. Sirkular
Sirkular
adalah terbitan ilmiah yang dilakukan secara tidak teratur dan bahan sajiannya
bersifat pendek dan praktis. Satu buah sirkular biasanya hanya memuat satu
artikel. Sirkulasi biasanya diterbitkan oleh kelembagaan peneltian, instansi
pemerintah atau swasta.
h. Leaflet
Leaflet
berisi karangan ilmiah (meskipun adakalanya berupa informasi biasa) dan praktis
sifatnya, diedarkan dalam bentuk kertas berlipat. Leaflet biasanya diterbitkan
oleh kelembagaan penelitian, instansi pemerintah, atau swasta secara tidak
teratur.
i.
Annual
Review
Review
tahunan atau annual review menyajikan resensi dari beberapa literatur yang
diterbitkan beberapa tahun sebelumnya. Informasi mengenai literatur terbaru
biasanya dimuat pada annual review yang baru diterbitkan.
j.
Sumber
lain
Peneliti
atau penulis karya ilmiah dapat memperoleh artikel lepas yang tersedia di
perpustakaan-perpustakaan atau langsung dari pengarangnya. Artikel lepas atau
terpisah dari majalah atau buku disebut offprint. Ada juga artikel ilmiah yang
disebut recent advances.[13]
Jadi, dalam melakukan penelitian seorang peneliti
dapat melihat atau mendapatkan informasi tentang objek yang akan dikaji dalam
penelitiannya dari banyak sumber, tidak hanya dari buku bacaan bahkan akan
tetapi banyak literature yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti untuk
memperoleh berbagai teori dari para peneliti lainnya melalui hasil penelitian
mereka yang juga dapat dijadikan hipotesis dari penelitian yang dilakukan.
2. Tujuan Kajian Pustaka
Adapun
tujuan dari kajian pustaka, dapat dijelaskan sebagai berikut.
·
Membantu dalam Membatasi Masalah
Penelitian (Delimiting The Research
Problem)
Kajian
pustaka dapat membantu dalam membatasi masalah penelitian dan
mendefenisikannya, sehingga masalah yang akan diteliti lebih jelas dan tajam.
Ketajaman masalah penelitian dapat menentukan jenis data yang harus dikumpulkan
serta bagaimana memperlakukan data yang terkumpul agar dapat “berbicara” untuk
menarik generalisasi.
·
Mencari Pendekatan Baru (Seeking New Approaches)
Dalam
mengkaji kepustakaan, sebaiknya kita bukan saja mempelajari apa yang telah kita
kerjakan, akan tetapi juga kita mencari sesuatu yang lain yang kadang-kadang
tersembunyi dan tidak terlihat.
·
Meningkatkan Pemahaman Terhadap Metode (Insight Into Methods)
Mengkaji
bahan pustakan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
penerapan metode, pengukuran, subjek, dan pendekatan penelitian yang digunakan
dengan bercermin dengan pendekatan orang lain.
·
Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya
(Recommendations for Further Research)
Dalam
melakukan kajian kepustakaan, ada baiknya bila kita mempelajari saran atau
rekomendasi untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lainnya.[14]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai
penjelasan yang telah kami tuliskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
perspektif teoritis merupakan pandangan peneliti dilihat berdasarkan beberapa
teori para ahli atau orang lain yang telah melakukan penelitian dengan objek
atau teori yang sama yang dapat dijadikan rujukan dalam penulisan laporan
penelitiannya sehingga peneliti dapat membuat teori baru berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh dimana teori yang diperoleh tersebut dapat dibuktikan
kebenarannya.
Banyak
literature yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti tidak hanya terpaku atau
terfokus pada buku bacaan. Peranan kajian pustaka dalam penelitian, khususnya
penelitian pada bidang pendidikan adalah untuk menyusun hipotesis. Di samping
itu kajian pustaka juga diperlukan oleh peneliti untuk menemukan permasalahan
penelitian yang tertera secara jelas. Secara garis besar, materi kepustakaan
dapat dibagi atas sumber acuan primer dan sumber acuan sekunder. Akan tetapi, sebaiknya
penelitian itu harus bersumber atau bersandar pada acuan sumber primer. Sebab
dari sejumlah acuan sumber primer yang sering dijadikan rujukan adalah jurnal.
DAFTAR PUSTAKA
Danim Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Komaruddin. 1982. Kamus Riset. Bandung: Angkasa.
Mulyana,
Dedy.
2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Putra, Nusa. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Salim, dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Citapustaka Media.
Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan
Prosedur. Jakarta: Kencana.
Sastrapradja, M. 1981. Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Situmorang, Benyamin. 2013. Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed
Press.
Sudaryono, Dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar, Metode,
Dan Tekhnik. Bandung: Tarsito.
Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
& Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.
[2] Komaruddin. 1982. Kamus Riset. Bandung: Angkasa. h. 280.
[3] M. Sastrapradja. 1981. Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum.
Surabaya: Usaha Nasional. h. 502.
[4] Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar, Metode,
Dan Tekhnik. Bandung: Tarsito. h. 63.
[5] Sudaryono, Dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. h. 15.
[6] Benyamin Situmorang. 2013. Penelitian Pendidikan. Medan:Unimed
Press. h. 29-30.
[7] Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Citapustaka Media. h. 111.
[8] Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi
Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Kencana. h. 242.
[9] Nusa Putra. 2013. Metode Penelitian Kualitatif .
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. h. 146.
[10] Benyamin Situmorang. Op. Cit.
[11] Salim dan Syahrum. Loc. Cit. h.
110-112.
[12] Ibid. h.87-107.
[13] Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia. h. 105-110.
[14] Wina Sanjaya. 2014. Penelitian
Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana. h. 209-211.
0 komentar:
Posting Komentar